Menentukan jumlah lagu yang harus dimasukkan dalam album bisa menjadi seni dan sains. Secara tradisional, album telah menyertakan sejumlah lagu yang menarik bagi penonton yang mendengarkan dan memberikan pengalaman yang kohesif dan menarik. Namun, dengan munculnya streaming digital dan platform seperti TikTok, sifat alami dari apa yang merupakan album berkembang.
Secara historis, sebagian besar album menampilkan antara 10 dan 12 lagu. Format ini mengumpulkan popularitas dengan piringan hitam, di mana setiap sisi vinil biasanya menampung sekitar lima hingga enam lagu. Album dirancang tidak hanya di sekitar kendala fisik media tetapi juga untuk menciptakan perjalanan yang lengkap dan memuaskan bagi pendengar.
Di era CD, artis memiliki lebih banyak fleksibilitas, sering kali menambah panjang album menjadi 12-16 lagu. Namun, bahkan dengan ekspansi ini, ada penekanan konstan untuk menjaga kualitas dan memastikan setiap lagu berkontribusi pada keseluruhan narasi atau arah tematik album.
Dengan munculnya platform streaming digital, aturan panjang album menjadi lebih fleksibel. Artis sekarang memiliki akses ke ruang yang hampir tidak terbatas dan dapat merilis sejumlah lagu yang mereka pilih. Hal ini telah menyebabkan keragaman yang lebih besar dalam format album - dari EPs (Extended Plays) dengan 4-6 lagu hingga proyek yang lebih panjang dengan lebih dari 20 lagu.
Selain itu, platform seperti Spotify, Apple Music, dan Amazon Music memberikan metrik dan wawasan tentang perilaku pendengar, memungkinkan artis menyesuaikan konten mereka dengan lebih efektif. Bagi mereka yang memanfaatkan layanan distribusi sepertiSuara, data ini bisa sangat berharga dalam membuat album yang beresonansi dengan audiens mereka.
Munculnya TikTok telah secara signifikan mengubah cara berpikir artis tentang struktur album dan rilis lagu. TikTok memiliki kemampuan unik untuk membuat lagu menjadi viral, seringkali hanya dengan klip 15 detik. Viralitas yang cepat ini dapat mendorong trek yang tidak diketahui ke pengakuan global hampir dalam semalam.
Akibatnya, banyak artis kini fokus merilis single atau EP yang lebih pendek yang dapat menarik perhatian sekilas dari basis pengguna TikTok yang luas. Setiap lagu berpotensi menjadi viral hit, menjangkau audiens baru, dan mengarahkan streaming di platform lain.
Beberapa lagu telah mencapai popularitas besar berkat TikTok. Ambil contoh, "Old Town Road" Lil Nas X. Hook yang menarik dan produksi sederhana dari lagu tersebut cocok untuk tantangan dan budaya meme TikTok, yang pada akhirnya mengarah pada masa pemecahan rekor di puncak Billboard Hot 100.
Demikian pula, "Say So" Doja Cat mendapatkan popularitas luas setelah koreografi tarian dengan lagu tersebut menjadi viral di TikTok. Pengaruh klip viral ini menunjukkan kekuatan platform dan perannya dalam membentuk tren musik modern.
Artis yang ingin memanfaatkan TikTok untuk membuat lagu mereka menjadi viral harus mempertimbangkan beberapa praktik terbaik:
Dengan mengikuti strategi ini, seniman dapat memaksimalkan peluang mereka untuk menciptakan viral hit yang mendorong keterlibatan dan jumlah streaming yang lebih luas.
Sementara TikTok terus mempengaruhi industri musik, album tradisional masih jauh dari usang. Banyak artis masih menghargai format album sebagai cara untuk mengekspresikan visi artistik yang lebih komprehensif. Munculnya album konsep dan proyek tematik menunjukkan keinginan ini.
Namun, artis harus menyeimbangkan antara membuat album dan memproduksi trek yang kondusif untuk momen viral. Memanfaatkan platform seperti TikTok, SoundOn, dan alat distribusi digital lainnya akan sangat penting dalam menavigasi lanskap baru ini.
Kesimpulannya, pertanyaan tentang berapa banyak lagu dalam sebuah album tidak memiliki jawaban satu ukuran untuk semua. Ini bervariasi berdasarkan niat artis, media rilis, dan sekarang, pengaruh kuat dari platform media sosial seperti TikTok. Baik membuat EP singkat atau album konsep yang luas, artis memiliki lebih banyak alat dan peluang daripada sebelumnya untuk menjangkau dan melibatkan audiens mereka.